SELAMAT DATANG DI BLOG MGMP MATEMATIKA SMP KOTA BONTANG. THE SUCCESS IS YOURS...

Saturday, October 8, 2016

Monday, October 3, 2016

Tuesday, September 27, 2016

Meaning (Pemaknaan)


Dua buah mobil melalui sebuah belokan dimana seorang nenek tua duduk meminta-minta. Pengemudi mobil pertama yang berwarna hitam melaju begitu saja melewati nenek tersebut tanpa memberikan sedekah sedangkan pengemudi mobil kedua yang berwarna putih menghentikan mobilnya sejenak, membuka kaca jendela dan memberikan sedekah. Beberapa meter kemudian, mobil hitam terperosok ke dalam lobang dan pengemudinya mati seketika sedangkan mobil putih melaju dengan selamat. Dua orang mengamati kejadian tersebut. Si A, orang pertama, memaknai bahwa mobil hitam mengalami musibah tersebut karena tidak memberikan sedekah sehingga pengemudinya tewas seketika. Si B, orang kedua, memaknai bahwa setiap ada kesempatan, berikanlah sedekah, karena ia tidak pernah tahu bahwa kesempatan tersebut merupakan kesempatan terakhir untuk memberikannya.

Kejadian yang sama, dilihat oleh dua orang berbeda dan dimaknai secara berbeda pula. Inilah yang dimaksud dengan meaning atau pemaknaan. Mengapa Si A dan Si B memaknai secara berbeda kejadian tersebut? Karena kedua orang tersebut memiliki batasan makna yang tidak sama. Untuk lebih jelasnya, saya sajikan latihan berikut ini bagi Anda. Amatilah kotak-kotak pada gambar di kiri atas yang saya beri nomor 1 sampai 25. Pertanyaan saya, ada berapa buah persegi panjang pada gambar tersebut?
Mungkin sebagian Anda akan menjawab 25. Anda yang mengatakan ada 25 persegi panjang memaknai bahwa setiap kotak merupakan persegi panjang dan karena terdapat 25 kotak (sesuai nomor yang diberikan) maka terdapat 25 persegi panjang. Dalam hal ini, Anda memaknai bahwa persegi panjang identik dengan kotak. Tetapi Anda lupa bahwa ada kotak yang ke 26 yaitu kotak paling besar yang dibentuk oleh gari-garis paling luar dari kotak-kotak yang terletak di tepi (kotak nomor 1, 2, 3, 4, 5, 10, 15, 20, 25, 25, 24, 23, 22, 21, 16, 11, dan 6). Namun, bagi Anda yang mengatakan terdapat 26 persegi panjang, Anda juga lupa bahwa ada persegi panjang lain yaitu persegi panjang yang dibentuk oleh kotak-kotak nomor 1, 2, 7, 6 atau persegi panjang yang dibentuk oleh kotak-kotak nomor 3, 4, 9, 8. Bahkan satu kotak yang sama bisa digunakan dua kali karena saya tidak membatasi berapa kali sebuah kotak bisa digunakan sehingga kotak-kotak nomor 2, 3, 8, 7 juga merupakan sebuah persegi panjang. Belum lagi area yang dibentuk oleh kotak-kotak berukuran 3 x 3 atau 4 x 4 juga merupakan persegi panjang. Bahkan sesungguhnya sebuah persegi panjang tidak harus memiliki ukuran panjang dan lebar yang sama sehingga Anda bisa membentuk persegi panjang dengan ukuran kotak 1 x 2, 2 x 3, 1 x 5, atau 2 x 4. Nah kalau sudah begini, ada banyak sekali persegi panjang dalam gambar tersebut bukan?

Namun demikian, sebagian orang hanya membatasi persegi panjang sebagai kotak berukuran 1 x 1. Sebagian orang membatasi persegi panjang sebagai area dengan ukuran panjang sama dengan lebar. Sebagian orang membatasi penggunaan suatu kotak hanya satu kali dan sebagainya dan sebagainya. Singkatnya, setiap orang bisa memiliki pemaknaan yang berbeda-beda terhadap sebuah fenomena. Pertanyaannya, mengapa pemaknaan begitu penting? Jawabannya, karena pemaknaan seseorang akan membentuk sistem nilai yang digunakan oleh orang tersebut. Sebagai contoh, kembali ke kisah dua mobil dan dua orang pengamat di atas, Si A dan Si B mungkin akan jadi lebih sering memberi sedekah setelah menyaksikan kejadian tersebut namun keduanya akan memiliki sistem nilai yang berbeda. Si A memberi sedekah dengan tujuan memperpanjang usianya sedangkan Si B memberi sedekah karena ia ingin memanfaatkan kesempatan terakhirnya untuk bersedekah. Nah, sistem nilai yang berbeda ini mengakibatkan konsekuensi yang berbeda pula. Bagi Si A, ketika ia merasa sudah cukup bersedekah sehingga ia merasa umurnya sudah diperpanjang, maka ia akan berhenti bersedekah. Jadi, bagi Si A, memberi sedekah tidak ubahnya seperti isi ulang pulsa handphone. Bagi Si B, ia akan terus memberikan sedekah karena ia tidak melakukannya dengan maksud memperpanjang usianya melainkan dengan maksud menggunakan kesempatan terakhirnya untuk bersedekah. Karena pemaknaan yang berbeda membentuk sistem nilai yang berbeda sehingga menimbulkan konsekuensi yang berbeda pula, maka kita perlu mengambil pemaknaan yang paling benar dalam setiap peristiwa. Pemaknaan yang paling benar adalah pemaknaan yang berlaku paling universal dan membuka ruang untuk implikasi yang paling luas. Kembali kepada gambar kotak-kotak di atas, semakin luas Anda memaknai apa yang dimaksud dengan persegi panjang maka semakin banyak pula persegi panjang yang Anda dapatkan. Sebaliknya, semakin sempit Anda memaknai apa yang dimaksud dengan persegi panjang maka semakin sedikit pula persegi panjang yang Anda dapatkan. Itulah misteri kehidupan. Sebagian orang memaknai hidup ini lebih sempit dan sebagian orang memaknai hidup ini lebih luas. Orang-orang yang memaknai hidup ini lebih luas (atau lebih dalam) akan memiliki kualitas hidup lebih baik seperti halnya ia akan mendapatkan lebih banyak kotak dalam gambar di atas.

Lalu bagaimana caranya agar kita bisa memperluas (memperdalam) pemaknaan dalam hidup ini? Ada lima saran praktis saya. Yang pertama, gunakan lebih banyak sudut pandang (multi perspektif). Kita mungkin tidak bisa memahami kenapa seseorang berbuat sesuatu karena selama ini kita selalu melihatnya dari perspektif kita. Cobalah kita menggunakan perspektif orang tersebut, maka kita akan lebih mudah memahaminya. Yang kedua, gunakan rentang waktu (time horizon) yang lebih panjang. Sering kali kita denga mudah terjebak kepada sasaran-sasaran jangka pendek tanpa mempedulikan konsekuensinya ke depan. Cobalah untuk memperpanjang time horizon Anda maka Anda akan menemukan makna yang lebih luas dari sebuah kejadian. Yang ketiga, lihatlah gambar yang lebih besar. Seperti halnya gambar kotak-kotak di atas, bila Anda terlalu asyik melihat masing-masing kotak yang bernomor 1 sampai dengan 25 itu, maka Anda mungkin akan lupa bahwa ada kotak yang lebih besar yang bisa dihasilkan dengan cara menyusun kotak-kotak yang kecil menjadi sebuah kotak yang lebih besar. Yang keempat, carilah pemaknaan-pemaknaan baru. Kembali kepada gambar kotak-kotak di atas, Anda akan menemukan bahwa persegi panjang tidak harus memiliki ukuran panjang dan lebar yang sama apabila Anda mau menyusun bentuk yang baru diluar kotak-kotak yang telah ada. Kotak memiliki batasan panjang harus sama dengan lebar tapi dengan mencari bentuk yang baru, akhirnya Anda akan menemukan ada banyak persegi panjang yang bentuknya tidak kotak pada gambar tersebut. Yang kelima, pilihlah pemaknaan yang paling jujur. Kita bisa saja menarik pemaknaan sesuka hati kita namun pemaknaan yang tidak jujur tidak akan membuat kita menjadi orang yang lebih baik, sebaliknya justru membuat kita semakin terpuruk.

Dengan memperluas pemaknaan dalam hidup kita, maka kita akan menjadi lebih bijak dalam menghadapi berbagai fenomena kehidupan sehingga kita akan lebih tabah dan kuat dalam menghadapi berbagai situasi. Barangkali Kejadian yang dialami oleh Frank Slazak bisa membantu pemahaman kita mengenai hal ini. Frank Slazak adalah seorang guru sebelum akhirnya ia terpilih untuk mengikuti seleksi astronot yang diselenggarakan oleh NASA. Setelah bersaing dengan 43 ribu kandidat lainnya serta mengikuti serangkaian tes yang berat, Frank akhirnya menjadi salah satu dari 100 orang finalis dalam proses seleksi tersebut. Namun akhirnya Frank begitu kecewa karena ternyata ia gagal menjadi astronot. Pada tanggal 28 Januari 1986, Frank duduk bersama rekan-rekan lainnya yang gagal untuk menyaksikan peluncuran pesawat luar angkasa tersebut. Di tengah kesedihannya itu, Frank masih berharap bahwa ia bisa menjadi salah satu astronot di pesawat itu dan untuk itu, ia mau mengorbankan apa pun juga yang dimilikinya. Tujuh puluh tiga detik kemudian ia mendapatkan jawabannya. Pesawat Challenger itu meledak dan semua penumpangnya tewas seketika. Frank pun menemukan makna yang lebih luas dari kejadian tersebut. Semula ia memaknai proses seleksi astronot tersebut sebagai ujian baginya untuk bisa duduk di dalam pesawat Challenger. Namun sekarang ia menyadari bahwa proses tersebut harus ia lalui untuk lebih menghargai hidupnya dan mengisinya dengan hal-hal yang lebih berguna. Keinginan untuk memperluas pemaknaan juga bisa berujung pada sebuah hasil yang spektakuler. Sebuah perubahan kecil yang pada akhirnya membawa dampak besar. Sebagai contoh, Abraham Lincoln akhirnya bisa terpilih menjadi presiden Amerika Serikat yang ke-16, setelah ia mengubah kebiasaannya mengkritik lawannya. Sebelumnya, Abe memaknai lawannya sebagai musuh yang harus dihancurkan. Hal ini tentu saja menimbulkan respon negatif tidak hanya saja dari pihak lawan dan para pendukungnya, tetapi juga dari para pendukung Lincoln yang mulai kehilangan simpatik. Namun ketika Lincoln mengubah pemaknaan terhadap lawannya sebagai pihak lain yang harus ada untuk menjaga proses demokrasi, maka ia mulai berbicara dengan lebih menghargai lawannya. Hal ini ternyata menimbulkan simpatik yang luar biasa tidak saja dari para pendukungnya tetapi juga dari para pendukung lawannya termasuk sang lawan itu sendiri. Bayangkan bila Abe Lincoln tidak memperluas pemaknaannya mengenai lawan politik, mungkin ia tidak pernah menjadi salah satu presiden terhebat di Amerika Serikat.

Bila Anda memaknai apel yang jatuh sebagai kesempatan untuk makan apel gratis, maka Anda hanya beruntung saat itu. Bila Anda memaknai apel jatuh sebagai saat yang tepat untuk melakukan panen maka Anda bisa memiliki keuntungan besar. Tapi bila Anda memaknai apel jatuh sebagai teori gravitasi, maka Anda adalah seorang Isaac Newton yang mengubah sejarah dunia. Yang manakah Anda?

(Jemy V. Confido)

Monday, September 19, 2016

Friday, September 9, 2016

Monday, September 5, 2016

Friday, September 2, 2016

Tuesday, August 30, 2016

Permainan Penunjang Modul GP KK H Profesional

1. Cross the Bridge
2. Logic Matches
3. Missionaries and Cannibals
4. Frog Leap
5. River IQ Game
6. Tower of Hanoi

Rahasia Kekuatan Piramida Belajar

Belajar adalah suatu kegiatan yang tidak pernah mengenal kata berhenti. Demikian banyak orang meyakininya. Bila perlu, nafas terakhir sekalipun tetap menjadi sebuah pembelajaran. Namun kita semua mungkin menyimpan sebuah pertanyaan menggelitik tentang belajar, yakni bagaimana kita bisa membuat pembelajaran kita menjadi lebih efektif sehingga kita bisa segera memetik buah dari apa yang kita pelajari?
Untuk menemukan jawaban atas misteri tersebut, saya ingin mengajak para pembaca untuk menguak rahasia kekuatan piramida belajar. Dalam bukunya, Rich Dad's The Business School for People who Like Helping People, pebisnis dan penulis ternama Robert T. Kiyosaki menawarkan suatu model yang sangat menarik yang disebutnya piramida belajar. Model ini, sesuai namanya, berbentuk sebuah piramida yang memiliki empat sudut. Masing-masing sudut diberi nama sudut mental, sudut fisik, sudut emosional dan sudut spiritual. Untuk lebih jelasnya, marilah kita menyimak Gambar di atas.
Saya akan sedikit modifikasi dan memberikan penekanan pada piramida belajar ini. Harapan saya tentu saja agar para pembaca bisa lebih mudah menghayati piramida belajar dan pada gilirannya bisa memanfaatkannya secara optimal dalam kehidupan nyata. Pertama-tama, marilah kita mulai dari sudut mental. Sudut ini merupakan sudut dimana kita semua mengawali proses belajar. Pada sudut ini biasanya kita akan menghadapi perlawanan-perlawanan dari keyakinan atau nilai-nilai yang telah kita miliki sebelumnya. Itulah sebabnya seringkali orang mengatakan lebih mudah mengajari seorang anak kecil yang belum tahu apa-apa dibandingkan mengajar orang dewasa yang sudah banyak tahu. Marilah kita menggunakan saat-saat kita belajar mengendarai sepeda motor sebagai contoh. Pikiran kita akan memberikan perlawanan terhadap apa yang diajarkan oleh pelatih kita seperti misalnya mengapa harus memindahkan persneling. Hal ini terjadi karena pada saat kita belajar mengendarai sepeda biasa pada waktu kecil dulu, tidak ada yang namanya persneling. Tentu saja keahlian yang telah kita peroleh sebelumnya bisa bermanfaat seperti misalnya kemampuan untuk mengatur keseimbangan yang telah kita kuasai pada saat mengendarai sepeda bisa kembali kita gunakan pada saat belajar mengendarai sepeda motor. Kunci keberhasilan kita pada tahap ini adalah percaya sepenuhnya kepada apa yang diajarkan oleh pelatih atau guru kita. Seringkali kita menjadi lambat pada tahap ini karena mental pikiran kita mengatakan bahwa kita telah mengetahui semua yang diajarkan.
Sudut yang kedua adalah sudut fisik. Setelah pikiran kita bisa menerima apa yang diajarkan oleh pelatih atau guru kita, maka kita pun mulai penasaran ingin mencoba mempraktekannya. Pada tahap ini kita akan melakukan aktifitas fisik tertentu untuk bisa menguasai ilmu atau keahlian yang sedang kita pelajari. Kembali kepada ilustrasi belajar mengendarai sepeda motor di atas, pada saat kita menghidupkan sepeda motor dan mencoba mengendarainya pertama kali apa yang terjadi? Mungkin kita terkejut karena sepeda motor yang kita kendarai bukannya meluncur dengan mulus tetapi malah meloncat seperti kodok. Meski mengalami kegagalan, kita sudah melangkah lebih maju karena telah memasuki sudut fisik dari piramida belajar. Kunci keberhasilan kita di sini adalah ketekunan dan keyakinan bahwa kita bisa menguasai apa yang sedang kita pelajari.
Setelah mencoba berkali-kali, akhirnya kita pun akan mahir mengendarai sepeda motor. Sejak saat itu, tanpa kita sadari, kita sudah melangkahkan kaki ke sudut emosional. Tantangan yang kita hadapi pada sudut emosional sangatlah berbeda dengan tantangan yang kita alami pada sudut fisik. Bila pada sudut fisik, kita bisa dengan mudah melihat tantangan yang ada di hadapan kita, maka pada sudut emosional, seringkali tantangan tersebut tidak kelihatan karena pada sudut ini kita berhadapan dengan ego kita sendiri seperti ketakutan dan percaya diri yang berlebihan. Setelah mengendarai sepeda motor berkeliling kampung untuk beberapa saat, maka kita akan merasa jenuh dan ingin mencoba sepeda motor tersebut menempuh jarak yang lebih jauh. Di sinilah kita menghadapi ketakutan terhadap berbagai hal seperti jalan yang lebih besar dan lebih ramai. Setelah rasa takut kita atasi, maka kita mulai merasa percaya diri dan bahkan bisa jadi terlalu berlebihan. Pelatih kita rasanya sudah tidak perlu kita dengarkan lagi karena kita sudah menyamai keahliannya. Bahkan pada saat mengendarai sepeda motor di jalan besar sekalipun, kita merasa sudah seperti juara dunia. Belum puas rasanya bila masih ada motor lain di depan kita. Kunci keberhasilan kita pada tahap ini adalah dengan sesegera mungkin menyadari bahwa selalu ada gunung yang lebih tinggi untuk didaki. Banyak manusia berbakat yang seharusnya meraih prestasi tinggi gagal dalam tahap ini hanya karena ia merasa sudah berada di puncak gunung tertinggi padahal ia baru saja melewati kaki sebuah bukit.
Bila berhasil melewati sudut emosional maka perjalanan belajar kita akan mulai menapaki sudut spiritual. Kata spiritual di sini tidak dimaksudkan untuk menggantikan kata religi. Namun kata spiritual di sini lebih dimaksudkan untuk menjelaskan pemahaman kita yang paling hakiki terhadap apa yang kita pelajari. Pada tahap ini kita akan mencari kebenaran dari apa yang kita pelajari bukan untuk memuaskan rasa ingin tahu kita belaka tetapi untuk memberikan manfaat yang mulia bagi orang-orang di sekitar kita. Bila pada sudut emosional kita menge-dim lampu sepeda motor untuk memerintahkan orang lain agar memberi jalan maka pada sudut spiritual kita akan menggerakan tangan kita untuk mempersilahkan mereka melaju lebih dulu. Pada sudut ini pula akhirnya kita menjadi satu dengan apa yang kita pelajari. Satunya kata dengan perbuatan dan kebahagiaan sejati akan kita raih pada sudut ini. Menang atau kalah bukan lagi tujuan bila kita sudah berada pada sudut ini.
Semakin kita bersedia membuka pikiran dan hati kita maka semakin efektif pembelajaran kita sehingga semakin cepat pula kita melewati sudut-sudut dalam piramida belajar. Untuk lebih membantu para pembaca, saya menyiapkan dua kunci penting yang harus kita pahami dalam menelusuri piramida ini. Pertama, apapun yang kita pelajari tidak akan banyak memberi manfaat baik bagi kita sendiri maupun bagi orang lain bila kita tidak berhasil melewati sudut emosional. Dengan kata lain, kita harus mempraktekan apa yang kita pelajari dalam keseharian kita dan berani bergelut dengan kepuasan kita sendiri. Kedua, bila pada sudut mental, fisik dan emosional kita mengenal kata "lulus" maka pada sudut spiritual kita tidak akan mengenal kata tersebut. Sebagai manusia, kita perlu menyadari betul bahwa kita tidak bisa sempurna sebaik atau sekeras apa pun kita berusaha. Artinya, kita tidak bisa mengklaim bahwa kita telah mengetahui semuanya. Sebaliknya, pengetahuan kita adalah awal yang baru bagi ketidak tahuan kita.
Piramida ini sangat sederhana namun sangat universal. Kita bisa menggunakannya hampir pada setiap hal yang kita pelajari. Sejauh mana kita akan melangkah dalam piramida ini kembali berpulang kepada diri kita masing-masing. Akankah kita tidak melangkah kemana-mana karena perlawanan mental yang kita berikan? Ataukah kita hanya akan terhenti di sudut fisik karena kita menyerah? Atau akhirnya kita tertahan di sudut emosi karena keangkuhan kita sendiri? Harapan saya tentu saja semoga para pembaca bisa mencapai sudut spiritual sehingga bisa lebih banyak membantu dan menjadi inspirasi bagi orang-orang di sekitar kita. Selamat belajar!
(Jemy V. Confido)

Monday, August 29, 2016

Monday, August 15, 2016